Sementara di tahun depan, pakar keamanan siber, Pratama Persadha, memprediksi secara global kerugian serangan siber akan mencapai USD6 triliun atau Rp84.000 triliun di tahun 2021. ( Baca juga:Kabar Gembira! Gaji PNS Tahun Depan Paling Minim Naik Rp10 Juta )
“Serangan diperkirakan akan menjadi lebih umum, lebih kuat, dan lebih maju di tahun-tahun mendatang,” kata Pratama, dalam keterangannya, Selasa (29/12/2020).
Pencurian data di tahun ini memang terjadi secara global, namun dengan pemakai internet lebih dari 180 juta penduduk, tentunya Indonesia harus lebih serius dalam permasalahan ini.
- TikTok Beri Hadiah Rp54 juta Bagi Penambal Celah Keamanan
- Data Bocor, Spotify Setel Ulang 350.000 Kata Sandi Akun Pengguna
“Pencurian data atau serangan siber memang sangat sulit dicegah. Namun itu semua bisa ditekan dengan pendekatan hukum lewat UU, juga pendekatan SDM dan teknologi,” tambah chairman lembaga riset keamanan siber CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) itu.
Peristiwa di tahun ini seperti bocornya data dari Tokopedia, Bukalapak, Bhinneka, dan banyaknya peretasan pada web pemerintah, swasta, bahkan media, diharapkan bisa ditekan sehingga meningkatkan kepercayaan dunia internasional pada Indonesia.
“Karena itu pentingnya UU Perlindungan Data Pribadisegera selesai pada tahun 2021,” tandasnya.