Dari mulai menunda-nunda untuk bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran, hingga memerintahkan serangan militer yang menargetkan milisi yang didukung Iran di Suriah. Pemerintahan Biden telah mengacak-acak beberapa masalah di Teheran.
Baca: Penasehat Gedung Putih: AS Terlibat Diplomasi Tak Langsung dengan Iran
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh menunjukan beberapa kegusaran negaranya. Dia menyebut, beberapa langkah yang diambil oleh Biden “lebih buruk” daripada Trump, yang pada tahun 2018 meluncurkan “kampanye tekanan maksimum” terhadap Teheran.
- Pernah Nyimeng Alias Isap Ganja, 5 Staf Presiden Biden Dipecat
- Menteri Suriah: AS Menjarah Banyak Minyak seperti Bajak Laut
- Bos Pentagon Peringatkan Korut: Pasukan AS Siap Bertempur Malam Ini
Ali Ahmadi, seorang analis kebijakan luar negeri dengan fokus pada hubungan Iran-AS menuturkan, alih-alih membuat perubahan, baik besar atau kecil, pemerintahan Biden tampaknya lebih condong untuk melanjutkan kebijakan pemerintahan sebelumnya.
“Hingga saat ini, kebijakan keamanan Biden mengenai Timur Tengah, dibandingkan dengan kebijakan Trump, lebih ditentukan oleh kontinuitas daripada perubahan,” ucap Ahmadi, seperti dilansir Anadolu Agency.
Baca: Terancam Perang dengan Israel, Iran Pamer Pangkalan ‘Kota Rudal’
“Keengganan Biden untuk bergabung kembali dengan pakta nuklir 2015 sebagai pendahulu untuk meredakan ketegangan, telah membuat para pejabat Iran “sangat curiga” dan menyiratkan bahwa ada perhitungan strategis bahwa Biden tidak jujur,” sambungnya.
Lihat Juga: Iseng-Iseng Berhadiah Di Kompetisi Online RCTI+, Bayak Hadiah Menarik!