Di RSJ, Uu sempat menyapa dan menanyakan kabar kepada empat pasien remaja. Kecanduan gawai pada anak di Jabar kian hari kian memprihatinkan. Terlebih, saat ini, waktu anak dengan gawai makin lama karena sekolah masih memberlakukan pembelajaran daring. Baca juga:Senapan Kalashnikov Ini Berisi Komputer yang Ajari Penggunanya Cara Menembak
Uu menyatakan, Jabar memandang persoalan ini sebagai masalah serius dan perlu dicegah sejak dini. Oleh karena itu, Uu meminta orang tua membatasi interaksi anak-anaknya dengan gawai. Kecuali untuk pembelajaran daring, kata Uu, penggunaan gawai oleh anak perlu diawasi ketat. “Penting diketahui orang tua bahwa penggunaan gawai lebih dari enam jam per hari berbahaya bagi mental dan psikis anak,” ujar Uu usai berinteraksi dengan anak-anak pencandu gawai.
Bukan hanya durasi, konten yang dibuka anak pun menurut Uu perlu diawasi agar anak-anak tidak terpapar hal-hal negatif. “Orang tua untuk selalu mengawasi dan menemani anak-anak ketika menggunakan gawai pada setiap situasi dan kondisi,” imbuhnya.
- Gelar Simulasi Bencana di Batujajar, Kepala BNPB Apresiasi Keterlibatan Masyarakat
- Matchjong, Game Asah Otak Tingkatkan Daya Ingat
- Steam Tak Sengaja Depak 41 Game, Banyak Gamer Panik
Menurut Uu, ada beberapa faktor yang menyebabkan anak kecanduan gawai, terutama fitur game online dan platform media sosial. “Dia awalnya punya gangguan dengan stres, banyak mengurung diri, tidak punya teman kemudian dia pegang handphone, maka terjadilah adiksi,” terangnya. Baca juga: Tips agar Anak Tidak Kecanduan Gadget
Uu melanjutkan, penyebab lainnya, bisa saja anak awalnya tidak punya gangguan stres, tapi karena tidak ada kegiatan bersama orang tua dan anak, maka mencuri-curi kesibukan dengan bermain gawai orang tua maupun miliknya sendiri.
Untuk itu, Uu kembali mengingatkan, penting bagi orang tua selalu memiliki kegiatan rutin interaktif yang sifatnya harian atau mingguan bersama anak. Jika dilakukan konsisten, anak akan merasa diperhatikan orang tua dan aktivitas bermain gawai menjadi tidak menyenangkan. “Jangan biarkan anak murung sendiri di rumah atau di kamar. Anak harus diusahakan ceria, bergaul dengan orang tua dan teman, tapi temannya dipilih dan dipilah juga,” katanya.
Uu menambahkan, sebagai bangsa beragama, pendidikan agama pun sangat penting diterapkan orang tua, agar anak memiliki keseimbangan dan tujuan hidup. “Kalau tidak ada pendidikan ukhrowi kami khawatirkan tidak seimbang, akhirnya terjadi hal semacam ini,” tandasnya.
Lihat Juga: Krisdayanti Tak Masalah Jika Bukan Dirinya Yang Dampingi Aurel Hermansyah di Pelaminan