Erdogan, dalam pernyataannya, mengatakan bahwa dia dijebloskan ke penjara karena membaca puisi saat masih menjabat sebagai Wali Kota Istanbul.
“Terlepas dari semua rintangan, saya dengan bangga melayani bangsa Turki yang terhormat sebagai presiden pertama yang dipilih secara populer,” katanya dalam sebuah pernyataan. Baca juga: Kepolisian Indonesia dan Turki Sepakat Perkuat Kapasitas Bersama
“Kudeta adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Saya mengalami kudeta militer pada 28 Februari 1997 dan memiliki kesadaran akan hal itu,” sambungnya, seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (1/3/2021).
- Sudah 4 Orang Penentang Kudeta Militer Myanmar Ditembak Mati
- Demi Dapatkan 100 Jet Tempur F-35, Turki Sewa Firma Hukum AS
Pada 28 Februari 1997, militer terlibat dalam runtuhnya pemerintahan Perdana Menteri Necmettin Erbakan di tengah kekhawatiran tentang program pemerintah yang diduga Islamis.
Pemerintah Erbakan terpaksa mundur setelah pertemuan Dewan Keamanan Nasional. Partai Kesejahteraan yang dipimpin Erbakan kemudian dilarang.
Pemerintah sipil baru kemudian mengambil alih sebuah tindakan yang dikenal sebagai kudeta “postmodern” Turki. Baca juga: Singgung Anies Soal Masker, Marzuki Alie Malah Disindir Netizen Soal Kudeta Partai Demokrat
Desember lalu, seorang Jaksa merekomendasikan hukuman seumur hidup bagi dua mantan jenderal atas kudeta tersebut.
Jaksa penuntut meminta 60 tersangka, termasuk Ismail Hakki Karadayi, kepala staf umum militer saat itu dan Cevik Bir, wakilnya saat itu, diajukan untuk diadili. Kasus tersebut mencakup total 103 tersangka.
Lihat Juga: Game Yang Cocok Untuk Dimainkan Oleh Anak-Anak, Raih Point Tertinggimu! Pasti Nagih!